RUMAH SAKIT UMUM PROVINSI NTB, Tak ada tempat untuk melahirkan

Author:
RUMAH SAKIT UMUM PROVINSI NTB, Tak ada tempat untuk melahirkan: Peta RSU Mataram
Sampai di rumah sakit, aku masuk melalui pintu selatan yang di gerbangnya tertulis besar melingkar di atas " RUMAH SAKIT UMUM PROVINSI NTB ", kuparkir motorku dan bertanya dimana UGD tempat bersalin ibu mengandung kepada kepada juru parkir disana, ia menunjuk ke arah barat, tanpa sempat berterima kasih aku berlari menuju tempat yang dia maksudkan, disana kulihat Habib dan Kalsum sudah menunggu di depan ruang periksa, tampak gelisah, Dimana ibu dan Kak munah? tanyaku pada mereka, didalam kak, kita tunngu saja disini kata mereka... tak sabar aku menunggu tapi tak beberapa lama akhirnya ibuku keluar ruangan itu, belikan istrimu nasi buat sarapan, disuruh dokter bisiknya ditelingaku, baik bu jawabku. segera aku meminta bantuan Habib untuk keluar membeli sebungkus nasi, ia mengangguk langsung keluar dan tak beberapa lama ia sudah kembali dengan dua bungkus nasi, satu untuk istriku dan satu untuk ibuku ( walaupun ibu sudah tak mengingat apakah beliau sudah sarapan atau belum karna sibuk memikirkan apa yang akan berlaku terhadap calon cucu dan menantunya ). Selesai makan, ibu-ibu muda berbaju putih disana menyuruh istriku kencing dan menaruhnya kedalam wadah yang mereka siapkan, setelah mengambil darah dari bagian tangannya, tak beberapa lama istriku keluar dari kamar mandi dan menyerahkan wadah berisi cairan yang agak ke kuning kuningan ( pastinya air seni istriku )kepada salah satu dari kerumunan perawat yang sibuk membicarakan pacarnya yang tadi malam ngapel ketempat mereka.
Ini bapak bawa ke Lab! cepat sana! dan jangan lupa tu-ng-gu hasilnya lalu bawa kesini perintahnya kepadaku dengan nada yang seperti berbicara kepada orang yang dibencinya, aku tidak menghiraukan itu, aku hanya berfikir bahwa aku kesini dengan JAMKESMAS dan GRATIS tanpa harus bayar jadi Keselamatan istri dan anakku adalah lebih penting daripada merasa tersinggung, aku segera menerima cairan itu sambil sedikit bertanya dengan suara yang tertahan " Dimana mbak ?" "To ketuan lek bawaq, luek taokme beketuan" katanya dalam bahasa sasak, aku tak berani bertanya lagi takut dia marah sebab matanya kulihat seperti orang yang mau menerkamku. aku bergegas kebawah, kutanya kepada salah seorang tukang parkir disana, dia menunjukiku dengan jempol tangan kanannya kearah sebuah pintu sambil berkata side tanya disana saja mereka pasti tau, membuatku merasa ada dan aku bukanlah seorang yang hanya datang kemari memohon sesuatu yang gratis dari rumah sakit, terimakasih nggih... ucapku yang segera ia jawab nggih... sama-sama, sedikit berlari aku menuju pintu yang ditunjuknya dan bertanya pada salah satu jendela loket yang aku tak sempat berfikir apa fungsinya yang lalu mengarahkan aku untuk berjalan dan belok kanan pada salah satu sudut kemudian belok kanan lagi pada sudut berikutnya dibantu dengan telunjuk tangan kanannya, aku berterimkasih lalu bergegas menuju tempat yang ku cari, akhirnya aku tiba juga deidepan sebuah loket yang bertuliskan laboratorium, kuserahkan lembaran dan wadah air seni dan darah yang harus diperiksa kepada seorang ibu yang bertugas disana " Disini tempat serahkan ini bu?, tanyaku padanya, Iya lepas disana!, ia menunjuk kerah jendela tepat didepanku, tunggu disana sebentar! tambahnya, aku hanya mengangguk dan meniggalkan wadah-wadah tersebut ditempat yang dia minta lalu aku menunngu.
sekitar sepuluh menit menunngu, dari dalam loket ibu itu memanggil " Ibu Maemunah!", ia bu jawabku, ini! katanya sambil menyerahakan sebuah lembaran kepadaku lalu dia berpaling sebelum aku sempat mengucapkan terimakasih, segera aku berlari menuju tempat dimana istriku tadi berada, kuserahkan kertas dari lab itu kepada salah seorang kerumunan perempuan berbaju putih disana, ini mbak... kataku, dimbilnya kertas tadi tanpa menimpali ucapanku lalu salah seorang dari mereka berkata " sudah pa! tunngu diluar ", ku berjalan keluar tanpa berani berkata apa apa lagi.

selang tak beberapa lama menunggu diluar, ibuku keluar kepadaku dan berkata " nak kamu dipanggil dokternya..." ia bu... jawabku sambil bergegas menerima panggilan itu, didalam kamar periksa salah seorang dari mereka yang mungkin menjadi ketua mereka berkata kepadaku "Sekarang Bapak pulang dulu... besok pagi jam tujuh bapak kembali kesini karena istri bapak masih buka-an satu!, tolong biarkan istri saya disini bu agar kami merasa tenang karna disini ada bidan dan dokter yang bisa membantu jika terjadi apa-apa bu... pohonku pada bidan yang tak kukenal itu tapi aku yakin mereka adalah orang-orang yang mempunyai kemampuan untuk membantu persalinan istriku agar selamat bersama anakku. ndak bisa pak...! jawabnya, tapi istri saya kan sakit bu kataku meyakinkan bahwa kami membutuhkan mereka, "Sakitnya itu yang kita cari!" katanya lalu berpaling, ia melanjutkan pembicaraan dengan salah satu kawannya entah tentang apa aku tak tau, tapi bu... belum sempat aku melanjutkan alasan yang lain ibu itu berkata lagi " pulang dulu! disini tidak ada tempat buat istri bapak!, pulang saja!, kata-kata terakhir bidan yang bertugas di UGD Rumah sakit umum provinsi NTB tesebut menggugurkan bunga bunga harapan yang tadi sempat bersemi saat berada di PUSKESMAS, kata-kata itu membuatku merasa bahwa tidak ada lagi yang bisa kuharapkan dari mereka hari ini untuk membantuku memberikan semangat baru bagi sang permaisuri hatiku, dan kegelisahanku menyambut kedatangan seorang pangeran yang kunantikan yang akan mengisi kebersamaan dalam kerajaan tak berharta atau bertahta milikku dan mymoonah. akhirnya aku mengalah, aku mengajak istriku dibantu ibuku untuk turun dari ranjang pemeriksaan, lalu kami permisi keluar dari kamar yang dikuasai bidan dan para suster tersebut...

Lanjutan dari Puskesmas berbelanja
Bersambung ke sttt Sakit kak sakit